TOPIK I : Pengantar Filsafat
TANGGAL : 18 Agustus 2010
SUBSTANSI :
1. Filsafat berbeda dari falsafah.
- Filsafat dipandang sebagai ilmu, yang keberadaannya masih berproses. Keberadaannya sebagai proses disebut Genetivus Objectivus. Dan pada saat sekali proses tersebut berhenti maka ia akan menjadi produk.
- Sedangkan falsafah merupakan pandangan hidup dimana keberadaannya sudah tetap, yaitu sebagai produk yang disebut Genetivus Subjectivus.
2. Karakteristik fisafat.
- Holistik integral (menyeluruh) : karakteristik ini tidak parsial melainkan melihat yang diumpamakan dengan sudut pandang burung, yaitu burung yang terbang bebas di angkasa dapat melihat bumi yang ada di bawahnya secara keseluruhan.
- Inklusif : berarti mencangkup secara luas.
- Sinoptis : yaitu melihat secara garis besarnya.
- Radikal : merupakan hakikat, melihat secara mendalam sampai keakar dan sama dengan berpikir fundamental. Tapi, orang radikal tidak sama dengan fundamentalis sebagaimana disalahpahami oleh orang awam.
- Spekulatif (terbuka untuk dikritisi) : bukan untung-untungan yang berarti kebenarannya tidak dimonopoli, dan bersifat sementara.
- Reflektif (kritis sampai ke nilai-nilai) : bukan hanya menangkap gejala tetapi juga apa yang ada dibaliknya ke dimensi etis atau estetis.
3. Periodedisasi filsafat.
Tipe Amerika yang disebut dengan "discourse" yaitu wacana.
- 600 SM sampai dengan 400 M merupakan masa yunani kuno (antik) yang terbagi pada masa pra-socrates dan masa pasca socrates. Pada masa ini didominasi pertanyaan tentang alam "kosmosentris".
- 400 M sampai dengan 1500 M merupakan abad pertengahan.
- 1500 M sampai dengan 1800 M merupakan abad modern.
- 1800 M sampai dengan sekarang merupakan abad kontemporer.
4. The Seven Liberal Arts diajarkan dalam bentuk Studium Generale atau disebut juga dengan "Septem Artes Liberales" yang kemudian disebut humaniora.
Humaniora berasal dari kata 'humanus' dan 'humanior' yaitu merupakan ilmu yang menjadikan humanus menjadi humanior (manusia yang lebih manusiawi).
Tujuh liberal arts tadi terdiri dari 2 (dua) kelompok studi yaitu "trivium" dan "quadrivium". Trivium terdiri dari studi tentang gramatika, retorika, dan dialektika dimana ketiganya menekankan filosofi bernalar. Sedangkan, quadrivium terdiri dari studi musik, aritmetika, geometri, dan astronomi yang menekankan filosofi berhitung.
5. Sistematika filsafat.
Thales menempatkan metafisika sebagai filsafat yang pertama.
a. Metafisika = Ontologi
Terbagi menjadi :
- Teodicea (teologia);
- Kosmologia;
-Antropologia.
Contoh pertanyaan metafisika : Apakah saya ada di ruangan ini?
b. Epistemologi, tentang cara bernalar.
Terbagi menjadi :
- Filsafat ilmu;
- Metodologi;
- Logika, yang merupakan filsafat berpikir.
Contoh pertanyaan epistemologi : Bagaimana kita bisa tahu bahwa kita ada di ruangan ini?
c. Aksiologi, merupakan tujuan yang ingin dicapai.
Terbagi menjadi:
- Etika yaitu filsafat moral atau perilaku tentang baik/buruk.
- Estetika yaitu filsafat keindahan tentang indah/tidak indah.
6. Pergolakkan pemikiran manusia.
Tiap-tiap periode punya wacana (arus besar) di dalam 4 periode filsafat barat, yaitu :
- Cosmocentricism, terjadi pada Jaman Yunani Kuno dimana manusia takluk pada kekuatan alam.
- Theocentricism, terjadi pada Abad Pertengahan yaitu suatu supranatural yang abstrak.
- Anthropocentricism, terjadi pada jaman modern dimana manusia dapat melakukan apa saja selama diberi kebebasan berpikir. Dengan kata lain dapat dikatakan manusia sudah dianggap dewasa sehingga alam yang takluk pada manusia. Keadaannya seperti memberi posisi yang paling tinggi pada manusia tetapi pada kenyataannya tidak membuat keadaan menjadi lebih baik, sehingga orang merasa menyerahkan pada manusia saja tidak cukup (eksistensial). Jadi pada jaman post modern menjadi multicentris.
- Logocentricism, terjadi pada jaman kontemporer.
REFLEKSI :
Dengan mempelajari pengantar filsafat kita merasa seperti menilik kembali sejarah kebudayaan Yunani dan Romawi, yang membawa kita melalui lintas batas kebudayaan yang mungkin terasa sedikit berbeda dengan sejarah kebudayaan kita. Namun, bila dilihat secara seksama ada pula kesamaan yang dapat kita lihat dalam sejarah kebudayaan Indonesia yang amat dipengaruhi oleh masa jaman penjajahan dahulu.
Pada awalnya mendengar kata filsafat mungkin yang ada dibenak kita adalah suatu dasar berpikir, tetapi ternyata filsafat yang sebenarnya tidak sesederhana itu untuk dijelaskan dengan kata-kata. Sebelumnya kita harus memahami dulu tidak hanya sejarah lahirnya filsafat, tetapi juga tujuan dari lahirnya filsafat. Hal ini bertujuan agar dalam mempelajari filsafat kita memiliki sistematika yang benar sehingga filsafat dapat dipahami secara baik dan benar. Dan di dalam mempelajari pengantar filsafat kita akan menemukan hal-hal mendasar yang perlu kita ketahui sebelum kita mengenal lebih jauh lagi tentang filsafat itu sendiri. Pertanyaan awal penting yang terbersit dalam pikiran saat mempelajari fisafat adalah: Apakah hakikat dari filsafat?. Filsafat diawali oleh sikap senang menyelidiki sesuatu, bukan sikap menerima apa adanya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa inquiring attitude tidak sama dengan receptive attitude. Dan semakin kritis pola berpikir kita, maka akan semakin baik bagi perkembangan telaah filsafat di diri kita. Disini dapat kita lihat bahwa karakteristik filsafat yaitu sinoptis (secara garis besar) merupakan salah satu aspek penting dalam memahami tentang filsafat itu sendiri, sehingga nantinya akan banyak muncul pertanyaan-pertanyaan yang bersifat signifikan dan juga problem-problem yang bersifat abadi menembus ruang dan waktu. Pertanyaan maupun problem ini timbul dari kalangan tertentu (bukan awam), tidak sama dengan esoterik.
Hal berikutnya yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana memahami bangunan ilmu dari sudut pandang filsafat?.Tiap lapisan dalam bangunan ilmu keberadaannya saling berhubungan satu sama lain. Lapisan pertama adalah lapisan empiris (pengalaman) yaitu fakta. Sesuatu yang kita alami berhubungan langsung dengan ruang dan waktu, hasil dari fakta akan diproses tetapi keberadaannya harus diklasifikasikan atau dikelompokkan. Lapisan kedua adalah konsep. Generalisasi dari fakta adalah konsep, bila bicara konsep sudah keluar dari ikatan ruang dan waktu. Lapisan ketiga yaitu proposisi. Proposisi merupakan hubungan antara konsep-konsep. Proposisi sudah dapat dijadikan hipotesis, dan kalau proposisi sudah sering dibuktikan maka akan menjadi "dalil" (hukum alam). Lapisan keempat adalah teori, yang merupakan suatu narasi (teori-teori besar). Komposisi yang sudah komprehensif adalah teori. Fakta yang besar dikemudian hari harus dijelaskan melalui teori, inilah yang disebut "verifikasi". Kalau selalu mengacu pada verifikasi maka ilmu menjadi tidak berkembang, karena hipotesis dibuat berdasarkn teori-teori. Cara verifikasi inilah yang dikritik Karl Popper melainkan harus menggunakan falsifikasi, salah tidak perlu banyak melainkan bila sudah ada satu salah saja maka teori harus runtuh. Sedangkan, lapisan kelima adalah ilmu, dan berkembang atau tidaknya suatu ilmu sangat dipengaruhi oleh kemajuan teori. Disamping itu, ada pendapat mendukung yang diutarakan oleh Karl Popper mengenai ilmu, yaitu semua ilmu harus terbuka untuk diuji. Jika tidak, ia menjadi pengetahuan (non-ilmiah), seperti agama. Ilmu (teori). diuji dengan menunjukkan ketidakbenarannya (falsifikasi). Dapat pula dikatakan bahwa Mater Scientiarum merupakan induk dari ilmu-ilmu, dan ada yang mengatakan filsafat berakhir di seni. Filsafat adalah ilmu induk bukan ilmu anak (vak).
DISKUSI :
1. Manakah dari ketiga jenis filsuf yang ada, yang saat ini paling banyak mempengaruhi pola pikir maupun pola ajaran para dosen filsafat hukum masa kini?Jelaskan alasannya.
2. Bagaimana cara berpikir secara filsafat yang tepat dalam menyikapi adanya wacana (arus besar) di dalam tiap-tiap periode filsafat barat?
No comments:
Post a Comment