TOPIK VI : Aliran Berpikir Filsafat - Rasionalisme dan Empirisme
TANGAL : 15 September 2010
SUBSTANSI :
1. RASIONALISME (Cogito ergo sum; I think,therefore I exist)
o Rene Descartes sebagai pelopor Rasionalisme modern, mengemukakan aliran Rasionalisme yang memakai cara berpikir apriori, dimana syarat keyakinan didasarkan atas merupakan hal mustahil untuk dibantah; merupakan keyakinan terakhir; mengenai hal yang eksis/ ada.
2. EMPIRISME (sumber pengetahuan adalah pengalaman melalui observasi indera)
o John Locke, mengemukakan ide muncul karena ada pengalaman yang didapat dari indera (pengetahuan sederhana), bila diolah oleh rasio akan menghasilkan pengetahuan kompleks.
o George Berkeley, mengemukakan bahwa yang penting dari empiri hanya terkait kualitas sekunder (sifat kualitas) dan bukan kualitas primer (fisik objek)
o David Hume, Mengemukakan Bila tak ada kesan maka tak ada gagasan. Maka bila ada gagasan tanpa kesan, hal itu berarti tak bermakna.
REFLEKSI :
Rasionalisme adalah aliran filsafat yang menekankan akal atau rasio sebagai sumber pengetahuan yang memiliki nilai kebenaran dan dapat diuji keilmiahannya. Maka pengetahuan yang diperoleh melalui akal yang memenuhi syarat kebenaran ilmiah secara mutlak. Adapun pengalaman hanya dapat dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang telah diperoleh akal. Akal tidak memerlukan pengalaman karena akal dapat menurunkan kebenaran dari pada dirnya sendiri yaitu atas dasar asas-asas yang pasti. Metode yang diterapkan adalah deduktif dengan pendekatan ilmu pasti. Segala sesuatu dapat dan harus dimengerti secara rasional. Suatu pernyataan hanya boleh diterima sebagai benar dan sebuah claim hanya dapat dianggap sah apabila dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Rasionalisme merupakan semacam pemberontakan terhadap otoritas-otoritas tradisional yang bersifat dogmatis. Tidak cukup untuk mendasarkan sebuah tuntutan atas wewenang pihak yang menuntut, melainkan isi tuntutan itu sendiri harus dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Aliran filsafat ini secara hakiki bersifat anti tradisional.
Adapun aliran Empirisme berpendapat bahwa empirik atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan baik pengalaman yang batiniyah maupun yang lahiriayah. Akal bukan menjadi sumber pengetahuan, akan tetapi akal mendapatkan tugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman. Metode yang diterapkan adalah induksi. Semula aliran ini seperti masih menganut semacam realisme yang naif yang menganggap bahwa pengenalan yang diperoleh melalui pengalaman tanpa penyelidikan lebih lanjut telah memiliki nilai yang obyektif. Akan tetapi kemudian nilai pengenalan yang diperoleh memalui pegalaman itu sendiri dijadikan sasaran atau obyek penelitian.
1. Di dalam Empirisme, apa yang dapat diobservasi melalui indera manusia inilah yang dijadikan sumber pengetahuan. Yang paling penting adalah observasi, apa yang dapat dilihat, dikecap, dirasakan, disentuh, diendus membuat tiap indera memahami sesuatu yang menjadi objeknya. Kemudian hasil observasi tersebut masuk dan terekam. Termasuk perasaan- perasaan kita bergantung pada apa yang diajarkan oleh orangtua.
Indera manusia umumnya merupakan kualitas sekunder.
Mengingat adanya pengetahuan yang objektif kualitas primer
Pengetahuan subjektif kualitas sekunder.
Jadi pengetahuan yang didapat manusia melalui inderanya adalah berbeda antara satu manusia dengan lainnya.
Terkait dengan kesan dan gagasan bahwa hubungannya adalah
Suatu persepsi inderawi menimbulkan apa yang disebut dengan ‘kesan’
Setelahnya kemudian ada ingatan akan pengalaman itu yang disebut dengan ‘gagasan’.
Jadi di dalam suatu pengalaman, yang akan diingat adalah kesan dari kejadian yang pernah dialaminya, seperti rasa malu, takut, sakit, hal- hal yang dapat dirasakan oleh indera.
• Ada sebuah pertanyaan yang cukup menggugah hati kami sebagai penulis terkait empirisme dan rasionalisme ini, yaitu terletak pada paradigma dan parameter apa yang digunakan untuk mencerap dan menguak realitas. Atau lebih jelasnya, pendekatan mana yang lebih unggul?
Menurut logikawan, metode induksi (pengalaman) bukanlah tandingan atas metode deduktif. Lantaran pengalaman itu sendiri mengandung deduksi, ia juga dapat mejadi salah satu premis dalam deduksi lain.
Kami mencoba menarik kesimpulan bahwa dua pendekatan ini (rasionalisme dan empirisme) sebenarnya tidak ada yang dapat dikatakan lebih unggul dalam hal pencarian kebenaran karena disemua metode mempunyai kelebihan dan kekurangan dan saling melengkapi. Adanya observasi, eksperimen dan komparasi dapat menjadi jalan tengah untuk semua peneltian ilmu pengetahuan.
DISKUSI :
1. Apakah semua pengalaman yang primer bernilai empirisme?
2. Apakah hukum kausal merupakan bagian dari gagasan kompleks? Jadi tanpa adanya suatu hukum kausal tidak ada gagasan kompleks?
No comments:
Post a Comment