Friedrich Karl von Savigny (1770-1861), Pemikir utama dalam Mahzab Sejarah Hukum

Friday, 17 September 2010

Jurnal Hukum I

TOPIK I : Pengantar Filsafat

TANGGAL : 18 Agustus 2010

SUBSTANSI :
1. Filsafat berbeda dari falsafah.
- Filsafat dipandang sebagai ilmu, yang keberadaannya masih berproses. Keberadaannya sebagai proses disebut Genetivus Objective. Dan pada saat sekali proses tersebut berhenti maka ia akan menjadi produk.
- Sedangkan falsafah merupakan pandangan hidup dimana keberadaannya sudah tetap, yaitu sebagai produk yang disebut Genetivus Subjective.

2. Pengertian filsafat.
Secara etimologis ada banyak istilah yang digunakan oleh negara-negara di dunia untuk mendefinisikan kata falsafah. Namun, Pythagoras menggunakan istilah "philosophos" yaitu Lover of Wisdom.

3. Karakteristik fisafat.
- Holistik integral (menyeluruh) : karakteristik ini tidak parsial melainkan melihat yang diumpamakan dengan sudut pandang burung, yaitu burung yang terbang bebas di angkasa dapat melihat bumi yang ada di bawahnya secara keseluruhan.
- Inklusif : berarti mencangkup secara luas.
- Sinoptis : yaitu melihat secara garis besarnya.
- Radikal : merupakan hakikat, melihat secara mendalam sampai keakar dan bukan fundamental.
- Spekulatif (terbuka untuk dikritisi) : bukan untung-untungan yang berarti kebenarannya tidak dimonopoli, dan bersifat sementara.
- Reflektif (kritis sampai ke nilai-nilai) : bukan hanya menangkap gejala tetapi juga apa yang ada dibaliknya ke dimensi etis atau estetis.

4. Pertanyaan filosofis pertama yang muncul.
Pertanyaan ini diutarakan oleh filsuf pertama yang tercatat dalam sejarah yaitu Thales, ia menjadi filsuf pertama karena bertanya tentang Arkhe yaitu "Apa yang menjadi asal mula realitas ?".
Masa pra-socrates, penyelidikan filsafat hanya berpusat pada "alam besar" (makrokosmos). Namun, Socrates mengalihkan pertanyaan pada "alam kecil" (mikrokosmos) yaitu manusia " Apa hakikat kemanusiaan?". Socrates dikenal dengan metode yang diciptakannya yaitu metode kebidanan (mayeutike), terinspirasi dari ibunya sendiri yang nerupakan seorang bidan.

5. Periodedisasi filsafat.
Tipe Amerika yang disebut dengan "discourse" yaitu wacana.
- 600 SM sampai dengan 400 M merupakan masa yunani kuno (antik) yang terbagi pada masa pra-socrates dan masa pasca socrates. Pada masa ini didominasi pertanyaan tentang alam "kosmosentris".
- 400 M sampai dengan 1500 M merupakan abad pertengahan.
- 1500 M sampai dengan 1800 M merupakan abad modern.
- 1800 M sampai dengan sekarang merupakan abad kontemporer.
Ada 3 (tiga) jenis filsuf yaitu :
- mencari jawaban atas pertanyaan filsafat (Thales, Socrates);
- menjadi ahli, tetapi tidak menyusun sistem filsafatnya sendiri (para guru besar filsafat);
- kombinasi dari keduanya (Immanuel Kant).

6. The Seven Liberal Arts (Artes Liberales) diajarkan dalam bentuk Studium Generale atau disebut juga dengan "Septem Artes Liberales" yang kemudian disebut humaniora.
Humaniora berasal dari kata 'humanus' dan 'humanior' yaitu merupakan ilmu yang menjadikan humanus menjadi humanior (manusia yang lebih manusiawi).
Tujuh liberal arts tadi terdiri dari 2 (dua) kelompok studi yaitu "trivium" dan "quadrivium". Trivium terdiri dari studi tentang gramatika, retorika, dan dialektika dimana ketiganya menekankan filosofi bernalar. Sedangkan, quadrivium terdiri dari studi musik, aritmetika, geometri, dan astronomi yang menekankan filosofi berhitung.

7. Keilmuan dilambangkan dengan manusia vitruvius yang dibuat oleh Leonardo da Vinci. Lukisannya dikenal sebagai bintang bersudut lima. Mater Scientiarum merupakan induk dari ilmu-ilmu, dan ada yang mengatakan filsafat berakhir di seni. Filsafat adalah ilmu induk bukan ilmu anak (vak).

8. Sistematika filsafat.
Thales menempatkan metafisika sebagai filsafat yang pertama.
a. Metafisika = Ontologi
Terbagi menjadi :
- Teodicea (teologia);
- Kosmologia;
-Antropologia.
Contoh pertanyaan metafisika : Apakah saya ada di ruangan ini?
b. Epistemologi, tentang cara bernalar.
Terbagi menjadi :
- Filsafat ilmu;
- Metodologi;
- Logika, yang merupakan filsafat berpikir.
Contoh pertanyaan epistemologi : Bagaimana kita bisa tahu bahwa kita ada di ruangan ini?
c. Aksiologi, merupakan tujuan yang ingin dicapai.
Terbagi menjadi:
- Etika yaitu filsafat moral atau perilaku tentang baik/buruk.
- Estetika yaitu filsafat keindahan tentang indah/tidak indah.

9. Bangunan ilmu.
Lapisan pertama adalah lapisan empiris (pengalaman) yaitu fakta. Sesuatu yang kita alami berhubungan langsung dengan ruang dan waktu, hasil dari fakta akan diproses tetapi keberadaannya harus diklasifikasikan atau dikelompokkan.
Lapisan kedua adalah konsep. Generalisasi dari fakta adalah konsep, bila bicara konsep sudah keluar dari ikatan ruang dan waktu.
Lapisan ketiga yaitu proposisi. Proposisi merupakan hubungan antara konsep-konsep. Proposisi sudah dapat dijadikan hipotesis, dan kalau proposisi sudah sering dibuktikan maka akan menjadi "dalil" (hukum alam).
Lapisan keempat adalah teori, yang merupakan suatu narasi (teori-teori besar). Komposisi yang sudah komprehensif adalah teori.
Lapisan kelima adalah ilmu. Berkembang atau tidaknya suatu ilmu sangat dipengaruhi oleh kemajuan teori.

10. Fakta yang besar dikemudian hari harus dijelaskan melalui teori, inilah yang disebut "verifikasi". Kalau selalu mengacu pada verifikasi maka ilmu menjadi tidak berkembang, karena hipotesis dibuat berdasarkn teori-teori. Cara verifikasi inilah yang dikritik Karl Popper melainkan harus menggunakan falsifikasi, salah tidak perlu banyak melainkan bila sudah ada satu salah saja maka teori harus runtuh.

11. Pergolakkan pemikiran manusia.
Tiap-tiap periode punya wacana (arus besar) di dalam 4 periode filsafat barat, yaitu :
- Cosmocentricism, terjadi pada Zaman Yunani Kuno dimana manusia takluk pada kekuatan alam.
- Theocentricism, terjadi pada Abad Pertengahan yaitu suatu supranatural yang abstrak.
- Anthropocentricism, terjadi pada zaman modern dimana manusia dapat melakukan apa saja selama diberi kebebasan berpikir. Dengan kata lain dapat dikatakan manusia sudah dianggap dewasa sehingga alam yang takluk pada manusia.
- Logocentricism, terjadi pada jaman kontemporer.

REFLEKSI :
Dengan mempelajari pengantar filsafat kita merasa seperti menilik kembali sejarah kebudayaan Yunani dan Romawi, yang membawa kita melalui lintas batas kebudayaan yang mungkin terasa sedikit berbeda dengan sejarah kebudayaan kita. Namun, bila dilihat secara seksama ada pula kesamaan yang dapat kita lihat dalam sejarah kebudayaan Indonesia yang amat dipengaruhi oleh masa jaman penjajahan dahulu.
Pada awalnya mendengar kata filsafat mungkin yang ada dibenak kita adalah suatu dasar berpikir, tetapi ternyata filsafat yang sebenarnya tidak sesederhana itu untuk dijelaskan dengan kata-kata. Sebelumnya kita harus memahami dulu tidak hanya sejarah lahirnya filsafat, tetapi juga tujuan dari lahirnya filsafat. Hal ini bertujuan agar dalam mempelajari filsafat kita memiliki sistematika yang benar sehingga filsafat dapat dipahami secara baik dan benar.

DISKUSI :
1. Apakah yang dapat kita pahami dari sejarah lahirnya filsafat?
2. Apakah tujuan dari lahirnya filsafat?
3. Bagaimana cara memahami filsafat dengan baik dan benar?
4. Apakah kegunaan mempelajari filsafat?
5. Mengapa filsafat harus kita pelajari?

2 comments:

  1. Koreksi penulisan: (1) genetivus subjectivus; genetivus objectivus; (2) pengertian berpikir radikal itu berarti sama saja dengan berpikir fundamental. Tapi, orang radikal tidak sama dengan fundamentalis sebagaimana disalahpahami orang awam. Itu maksud ucapan saya di kelas waktu itu.
    Selanjutnya, tentang refleksi. Refleksi seharusnya memuat uraian yang lebih panjang lebar daripada substansi. Jadi, setelah membuat rangkuman, kalian berbagi pertanyaan, mengenai apa-apa saja pertanyaan yang dapat diajukan. Batasi paling banyak dua pertanyaan paling penting. Lalu, kalian usahakan untuk menjawabnya. Inilah isi refleksinya. Nah, jika masih ada pertanyaan lanjutan, baru diajukan sebagai diskusi. Dengan demikian "diskusi" tidak berisi pertanyaan "asal ada" yang tidak terkait dengan refleksi sama sekali.

    ReplyDelete
  2. baik pak.. :)

    akan kami perbaiki di jurnal-jurnal berikutnya..

    terima kasih pak..

    ReplyDelete